Sejarah Permainan Kelereng
Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.
Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Nah, ternyata, kelereng juga punya sejarah. Ini kuketahui saat membaca majalah Intisari edisi Desember 2004, rubrik asal-usul, hal 92.
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah "numpang hidup" di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran.
Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.
Pada masa Rowami, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.
Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Aturan Permainan:
Petanque dimainkan oleh dua regu yang beranggotakan sedikitnya 1 orang di tiap-tiap regunya. Bola yang digunakan dalam permainan ini terdiri dari dua bola yakni, bola induk (master), terbuat dari kayu jati berdiamter 25 sampai 35 mm, popular dengan sebutan le choconnet.
Sedangkan bola lainnya, boleh disebut sebagai "roh" permainan yakni bola yang terbuat dari besi, dengan berat 600-800 gram, dan diameternya antara 70-80 mm, sering dinamakan les boules.
Apabila dalam satu regunya terdiri dari 3 orang maka tiap-tiap pemain akan mendapatkan dua bola besi. Namun apabila hanya terdapat satu atau dua orang saja, tiap pemain masing-masing akan mendapat tiga bola besi. Jarak cochonnet dari titik lempar bola antara 6-10 m. Ukuran resmi lapangan permainan ini yakni 15 x 4 m.
Nah, sekarang bagaimana cara bermainnya? Sangat mudah sekali. Bola cochonnet dilempar untuk menentukan target. Kemudian kedua grup melakukan undian untuk menentukan siapa yang berhak melemparkan bola terlebih dahulu sampai mendekati cochonnet.
Jika A yang menang undian, maka regu A yang melemparkan bola yang diarahkan dengan tujuan mendekati arah cochonnet. Setelah itu, disusul dengan regu B. regu A lagi. Begitu selanjutnya.
Manfaat Permainan Kelereng:
1.Mengatur emosi (relaks)
2.Melatih kemampuan berfikir
3.Melatih kemampuan motorik
4.Melatih kesabaran
5.Melatih tingkat kecermatan dan ketelitian
6.Melatih kemampuan berkompetisi
7.Melatih kemampuan sosial(menjalin pertemanan)
8.Bersikap jujur
Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Nah, ternyata, kelereng juga punya sejarah. Ini kuketahui saat membaca majalah Intisari edisi Desember 2004, rubrik asal-usul, hal 92.
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah "numpang hidup" di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran.
Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.
Pada masa Rowami, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.
Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Aturan Permainan:
Petanque dimainkan oleh dua regu yang beranggotakan sedikitnya 1 orang di tiap-tiap regunya. Bola yang digunakan dalam permainan ini terdiri dari dua bola yakni, bola induk (master), terbuat dari kayu jati berdiamter 25 sampai 35 mm, popular dengan sebutan le choconnet.
Sedangkan bola lainnya, boleh disebut sebagai "roh" permainan yakni bola yang terbuat dari besi, dengan berat 600-800 gram, dan diameternya antara 70-80 mm, sering dinamakan les boules.
Apabila dalam satu regunya terdiri dari 3 orang maka tiap-tiap pemain akan mendapatkan dua bola besi. Namun apabila hanya terdapat satu atau dua orang saja, tiap pemain masing-masing akan mendapat tiga bola besi. Jarak cochonnet dari titik lempar bola antara 6-10 m. Ukuran resmi lapangan permainan ini yakni 15 x 4 m.
Nah, sekarang bagaimana cara bermainnya? Sangat mudah sekali. Bola cochonnet dilempar untuk menentukan target. Kemudian kedua grup melakukan undian untuk menentukan siapa yang berhak melemparkan bola terlebih dahulu sampai mendekati cochonnet.
Jika A yang menang undian, maka regu A yang melemparkan bola yang diarahkan dengan tujuan mendekati arah cochonnet. Setelah itu, disusul dengan regu B. regu A lagi. Begitu selanjutnya.
Manfaat Permainan Kelereng:
1.Mengatur emosi (relaks)
2.Melatih kemampuan berfikir
3.Melatih kemampuan motorik
4.Melatih kesabaran
5.Melatih tingkat kecermatan dan ketelitian
6.Melatih kemampuan berkompetisi
7.Melatih kemampuan sosial(menjalin pertemanan)
8.Bersikap jujur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar